13 Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi

Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi nutrisi?


Meskipun kandungan gizi makanan sangat penting untuk dipertimbangkan dalam menentukan rencana makan, faktor signifikan lainnya juga mempengaruhi pemilihan dan konsumsi makanan. Bagi banyak orang, pola makan dipengaruhi oleh tahap perkembangan, jenis kelamin, etnis dan budaya, kepercayaan tentang makanan, preferensi pribadi, praktik keagamaan, gaya hidup, ekonomi, pengobatan atau terapi, kondisi kesehatan, konsumsi alkohol, iklan, dan faktor psikologis.


Tahap Perkembangan

Individu yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat seperti bayi dan remaja memiliki kebutuhan akan nutrisi yang lebih besar. Namun, orang yang lebih tua membutuhkan lebih sedikit kalori dan mungkin memerlukan perubahan pola makan mengingat meningkatnya risiko penyakit jantung koroner, osteoporosis, dan hipertensi.

Jenis Kelamin 

Nutrisi yang diperlukan oleh pria dan wanita terntu berbeda karena komposisi tubuh dan fungsi reproduksi juga berbeda. Semakin besar massa otot pria berarti semakin besar kebutuhan akan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita membutuhkan lebih banyak zat besi daripada pria. Wanita hamil dan menyusui jug akan mengalami peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.

Etnis dan Budaya

Lingkungan tempat seseorang dibesarkan berperan dalam preferensi makanan dan kebiasaan diet orang tersebut. Tradisi diet ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. Namun, tidak jarang anggota dari generasi yang berbeda dari keluarga yang sama memiliki preferensi makanan yang berbeda (misalnya, kakek-nenek dapat makan lebih banyak makanan tradisional dibandingkan dengan cucu mereka).

Praktik diet dapat mencakup bagaimana makanan disiapkan, apa yang dimakan atau tidak dimakan ketika seseorang sakit atau hamil, makanan yang terkait dengan suatu tradisi, dan berbagai makanan yang secara rutin dimasukkan dalam diet.

Perawat tidak boleh menggunakan pendekatan dengan mengatakan suatu makanan itu "baik" dan makanan lainnya "buruk" tetapi, harus menyadari bahwa variasi asupan dapat diterima dalam keadaan yang berbeda.

Satu-satunya pedoman yang dapat diterima secara universal ada dua, yaitu makan berbagai macam makanan untuk memberikan  nutrisi yang memadai dan makan dengan jumlah wajar untuk mempertahankan berat badan yang ideal.

Preferensi makanan mungkin berbeda antara individu-individu dari latar belakang budaya yang sama seperti yang umumnya terjadi di antara budaya seperti misalnya tidak semua orang Jogja suka makan gudeg.

Kepercayaan tentang Makanan

Keyakinan tentang efek makanan pada kesehatan dan kesejahteraan dapat memengaruhi pilihan makanan. Banyak orang memperoleh kepercayaan mereka tentang makanan dari televisi, majalah, dan internet.

Yang perlu diperhatikan itu terkait tren diet yang beredar di masyarakat, beberapa diet menganjurkan pola makan tertentu untuk merangsang penurunan berat badan yang cepat dan berpotensi berbahaya. Seringkali, diet seperti itu tidak memilikivariasi makanan yang diperlukan agar kesehatan tetap perjaga.

Para pendukung tren diet juga kerap kali keliru mengklaim bahwa tubuh dapat diakali untuk menurunkan berat badan melalui konsumsi makanan tertentu. Pakar diet yang sedang trend juga sering membuat klaim tidak realistis dan tidak ilmiah tentang tingkat penurunan berat badan.

Perawat perlu mengenali popularitas dari suatu tren diet sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangkal pengaruh mereka dengan mempromosikan konsumsi makanan yang seimbang dan bergizi.

Preferensi Personal

Orang akan memiliki rasa suka dan tidak suka berdasarkan asosiasi dengan makanan khas. Orang tua adalah role model dalam preferensi selera anak. Jadi, jika orang tua suka atau tidak suka makanan tertentu, anak mungkin akan memiliki preferensi yang sama.

Juga, pola makan orang tua akan ditiru oleh anak. Preferensi dan kebiasaan ini kemudian dibawa ke masa dewasa. Suka dan tidak suka individu juga bisa terkait dengan keakraban. Anak-anak seringkali mengatakan tidak suka makanan terntentu padahal belum dicoba.

Beberapa orang juga sangat suka bereksplorasi dan ingin mencoba makanan baru. Dan sebagian lainnya lebih suka makan makanan yang sama secara berulang-ulang. Preferensi dalam rasa, bau, rasa (campuran rasa dan bau), suhu, warna, bentuk, dan ukuran makanan mempengaruhi pilihan makanan seseorang.

Sebagai contoh, beberapa orang mungkin lebih suka rasa manis dan asam atau asin. Tekstur juga bisa berperan dalam preferensi makanan. Beberapa orang lebih suka makanan yang renyah daripada makanan yang alot.


Agama dan Kepercayaan


Praktek keagamaan dapat memengaruhi pemilihan dan persiapan makanan. Misalnya, beberapa agama Protestan melarang konsumsi daging, kafein, atau alkohol. Baik Yahudi Ortodoks dan Islam melarang konsumsi daging babi dan produk babi.

Beberapa agama memiliki pedoman ketat untuk menyiapkan makanan (seperti harus disembelih secara halal dalam Islam) atau kombinasi makanan yang tidak bisa dicerna pada saat bersamaan.

Perawat harus peka terhadap keyakinan agama klien ketika masalah seputar gizi menjadi hal yang terpenting.


Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang juga secara langsung berhubungan dengan pola makannya. Orang yang kurang aktif membutuhkan lebih sedikit nutrisi dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik berat secara teratur.

Untuk beberapa individu, menyiapkan makanan sendiri tidak terlalu perlu atau tidak mungkin karena jadwal kerja yang sibuk. Orang-orang ini sering bergantung pada restoran dan makanan instan untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka.

Sebagian lainnyaa juga sangat mementingkan makanan yang mereka konsumsi dan bagaimana makanan itu diproduksi dan dimasak. Apa pun gaya hidup yang dipilih seseorang, yang paling penting adalah makan makanan bergizi dan seimbang.


Kondisi atau Kemampuan Ekonomi

Apa, seberapa banyak, dan seberapa sering seseorang makan sering dipengaruhi oleh status sosial ekonomi. Misalnya, orang dengan pendapatan terbatas mungkin tidak mampu membeli daging, susu, dan sayuran segar. 

Sebaliknya, orang dengan pendapatan lebih tinggi dapat membeli lebih banyak protein dan lemak serta lebih sedikit karbohidrat kompleks. Tidak semua orang memiliki penghasilan untuk menyiapkan dan menyimpan makanan dengan baik.

Perawat tidak boleh berasumsi bahwa klien memiliki kompor, lemari es, atau freezer sendiri. Di beberapa daerah berpenghasilan rendah atau di desa-desa terpencil, biaya makanan di toko grosir lokal kecil bisa jauh lebih tinggi daripada di toko pada kota besar.


Terapi dan Pengobatan yang Sedang Dijalani

Hubungan antara penggunaan obat dan nutrisi merupakan pertimbangan kritis bagi perawat. Beberapa obat dapat mengubah nafsu makan, mengganggu persepsi rasa, atau mengganggu penyerapan atau ekskresi dari nutrisi. Sebagai contoh, kalsium dalam susu dapat menghambat penyerapan tetrasiklin antibiotik tetapi di sisi lain dapat meningkatkan penyerapan eritromisin antibiotik. Contoh lain yang lumayan serius adalah Jeruk bali merah, yang jika dikonsumsi dapat menyebabkan toksisitas ketika diminum dengan berbagai obat.

Terapi yang diperuntukkan untuk penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi pola makan dan nutrisi. Agen antineoplastik spesifik (obat yang memperlambat dan melawan perkembangan tumor) dapat menimbulkan bisul oral, perdarahan usus, mual dan muntah, atau diare, yang menyebabkan anoreksia (tidak ada nafsu makan atau keinginan untuk makan) atau berkurangnya penyerapan nutrisi. Beberapa obat lain, seperti kortikosteroid dan antipsikotik atipikal, dapat meningkatkan nafsu makan dan menyebabkan obesitas.

Kesehatan

Status kesehatan seseorang secara signifikan dapat memengaruhi kebiasaan makan dan status gizi. Jumlah gigi yang berkurang, gigi palsu yang tidak pas, atau mulut yang sakit membuat mengunyah makanan menjadi sulit. Disfagia (kesulitan menelan) karena radang tenggorokan yang menyakitkan, kecelakaan serebrovaskular (stroke), atau striktur esofagus dapat mencegah seseorang mendapatkan makanan yang cukup.

Intoleransi laktosa atau pencernaan laktosa terjadi ketika seseorang memiliki kekurangan enzim laktase yang diperlukan untuk memecah laktosa, gula dalam produk susu, menjadi glukosa dan galaktosa. Gejalanya meliputi sakit perut, kembung, kram, mual, dan diare. 


Konsumsi Alkohol

Kalori yang terkandung dalam minuman beralkohol termasuk dari alkohol itu sendiri dan jus dari minuman lain yang ditambahkan ke minuman. Sejumlah kecil alkohol dikonversi langsung menjadi lemak. Namun, efek yang lebih signifikan adalah sisa alkohol diubah menjadi asetat oleh hati. Asetat yang dilepaskan ke aliran darah digunakan untuk energi, bukan lemak, dan lemak tersebut kemudian disimpan. 

Penggunaan alkohol yang berlebihan berkontribusi terhadap kekurangan nutrisi dalam beberapa cara. Alkohol dapat menggantikan makanan dalam diet seseorang, dan juga dapat menekan nafsu makan. 

Alkohol yang berlebihan dapat memiliki efek toksik pada mukosa usus, sehingga mengurangi penyerapan nutrisi. Kebutuhan akan vitamin B meningkat karena vitamin b dibutuhkan untuk metabolisme alkohol. Alkohol dapat mengganggu penyimpanan nutrisi dan meningkatkan katabolisme dan ekskresi nutrisi.



Iklan

Produsen makanan mencoba membujuk orang untuk berubah dari produk yang saat ini digunakan ke merek yang dijual oleh mereka. Seringkali, selebgram menggunakan Instagram untuk mempengaruhi orang membeli sesuatu. Iklan dianggap memengaruhi orang, terutama anak-anak dalam pemilihan makanan dan pola makan.

Faktor Psikologis

Keadaan emosi seseorang adalah faktor utama dalam pola makannya. Peran berbagai neurotransmitter, seperti serotoni berkaitan dengan suasana hati dan konsumsi makanan. Misalnya, melalui proses yang rumit, asupan karbohidrat meningkatkan pelepasan serotonin di otak. Pelepasan serotonin menyebabkan relaksasi dan pengurangan kecemasan. 
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi gula memicu pelepasan dopamin, yang merupakan mekanisme dalam sistem "pemuasa" manusia. Perasaan yang menyenangkan kemudian memicu penggunaan berkelanjutan, mirip seperti kecanduan narkoba.

Beberapa orang, ketika merasa kesal atau tertekan, akan makan sangat sedikit. Pengurangan konsumsi makanan ini bisa terkait dengan pelepasan peningkatan jumlah epinefrin, yang merupakan komponen dari respons stres. Anoreksia dan penurunan berat badan dapat mengindikasikan stres atau depresi berat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keseimbangan Energi (Energy Balance)

Berpikir Kritis dan Tujuan Berpikir Kritis dalam Keperawatan